KUMPULAN PUISI (40) LANGIT JEREBU DI TANAH SYRIA OLEH MUSA BIN MASRAN
Edit
1 January 2017
Daftar
Isi
1.Kembali
Pada Langit Syria
seperti
jiwa ragamu terbagi menjadi tiga
tiap
satu ada sempadan mudah meledak
hingga
bumimu tak punya wajah dan bentuk.
Burung-burung
telah meninggalkan lembah
terbang
melintasi sempadan beribu-ribu
sarang-sarang
di pohon tinggi telah kosong
hanya
gema angin datangnya musim luruh.
Di
sini kekuatan doa-doamu mengembalikan
langitmu
damai dan memanggil rahmat Illahi
turun
menghalau durjana dan derhaka dari
malam-malam
kegelapan mencengkam kalbu.
Syria,
kembali kepada kedamaian bumimu
jangan
biarkan kehancuran memusnahkan
impian
dan harapan bangsamu selamanya
kembali
pada langit kerana di situ kebenaran.
2.
Berita Dari Samawi
Tidakkah
kamu lihat sendiri kamu diadu domba
maut
berjatuhan di tanah leluhur seperti wabak pes
kotamu
hancur dan rakyatmu mengungsi ke luar
kamu
kelaparan di negara sendiri menunggu bungkusan.
Bumimu
porak poranda dan kamu terus dibantai
rakyatmu
bersembunyi di bawah runtuhan bangunan
mereka
hilang kepercayaan diri dan mereka takut
tiap
hari mereka bilang pada dunia berhentikan perang.
Tapi
suara itu hilang dalam letusan bom yang tak berhenti
turun
dari angkasa yang tampaknya jernih dan biru
anak-anak
dan keluarga kami makan rumput dan dedaunan
ampun
ya Tuhan, kami sudah gila melihat keadaan tak berubah.
Kami
bertanya apa yang mereka inginkan perabadan telah runtuh
lalu
kami berkata ke mana sudah perginya burung kedamaian
salji
telah turun di pergunungan entah berita apa yang datang dari sana
berapa
lama kami harus berkabung dan bertahan tanpa perlindungan.
Kamu
lihat sendiri desa-desa dan kota telah sunyi dan senyap
mereka
telah pergi pada satu perjalanan yang tak menentu akhirnya
anak-anak
bangsa dengan kakimu yang mugil ikut memburu mimpi
kami
sendiri tak dapat menahanmu dengan hati tersiksa melepaskanmu.
Ya
Rabbi, tiada lain yang kami pinta pada-Mu, hanya satu kedamaian
perang
ini telah berlarut-larutan seperti tak ada jalan keluar selain maut
kami
tak ada apa-apa yang tinggal dan harapkan selain menghadap-Mu
bebaskan
kami dari lingkaran syaitan dan datanglah berita dari samawi.
3.
Adik Dan Abang
Aku
mencarimu pada siang benderang
namamu
dipanggil kau tak menjawab
belum
ada tanda damai di bumi leluhur
maut
masih berjatuhan tak kira siapa.
Dik,
kau telah dilarang bermain di luar
halaman
bermainmu hanya di dalam kamar ini
di
luar tak ada keselamatan buat aku dan kau
mata
peluru tak mengira sasaran asalkan mengena.
Jantungku
berdegup cepat, bimbang
ketika
aku melihatmu di lorong luar
Ya
Rabbi, ampun, kasihanilah adik
Aku
belari sekuat tenaga mengapaimu.
Tak
aku peduli kau yang bersembunyi di sana
menembakku
cara dekat dan mengena sasaran
Adik,
aku datang menyelamatkanmu
Bagaimana
kau berada di luar, dik?
Dua
tiga langkah aku berlari kencang
mataku
melihatmu dik, tak jauh hanya berapa langkah
dor!
aku mendengar bunyi itu terlalu dekat
adikku
mesti diselamatkan dalam keadaan apa sekalipun.
Aku
terangkat ke atas udara sedikit
dan
jatuh terhempas ke bumi aku paksa berdiri
rasa
pedih, aku makin mendekatimu dik
ya,
tanganmu kupegang, ayuh kuatkan larimu!
Kita
berlari bersama berpegang tangan
tak
jauh di depan itu ada pintu terbuka
kita
akan selamat, kau boleh bermain
matahari
melirik dua anak sedang berlari.
Dor!
dor! aduh, aku kena kedua kali
adik,
tanganmu masih kupegang
berlarilah
sekuat tenagamu, sekencang
kuda
semberani yang tak terkalahkan hebatnya.
Aku
melihat siang berputar cahaya mulai merudup
kegelapan
seperti kain putih yang menutup mata
dik,
larilah, biarkan kau duluan sampai
otot-ototku
terasa lemah, datanglah kegelapan!
Di
atas tanah peribumi di lorong sepi
dua
anak berpegangan tak bergerak
darah
merah masih panas mengalir
bumi
diam dalam tersiksa, perang belum usai.
*Dikirimkan
pada UB 8 February 2016
4. Pulang
Ketika
kau menyatakan aku akan pergi
keputusan
itu seperti sebuah lagu sedih
langitmu
runtuh selapis demi selapis
di
depan matamu sendiri tak percaya.
Kau
tinggalkan halaman ini tergesa-gesa
seperti
rumah yang penghuninya pergi
dalam
sejam atau sehari kerana perabut
jemuran
dan yang lain seperti tak tersentuh.
Di
mana angin bertiup di situ kau ikut
tak
banyak yang hendak dikatakan dan
yang
kau lihat dalam perjalanan ini
tiada
bedanya dengan keadaanmu sekarang.
Selangkah
demi selangkah kau telah jauh
dari
tanah leluhur dan kota kelahiranmu
batu
seperti bergolek dan menindih di atas dada
berulangkali
kupanggil namamu tak berjawab.
Semakin
jauh kutinggalkan tanah airku
kau
tak kuasa atas semua yang berlaku
tapi,
ia telah berlaku di luar kemampuan
kau
terpaksa tinggalkan yang kau sayangi.
Selamat
Tinggal, tanah airku
aku
hanya perlu mengambil sedikit waktu
bila
segalanya berubah dan kedamaian wujud
aku
akan pulang dengan manisku.
*Dikirimkan
kepada Utusan Borneo 8 Februari 2016
Siang
kelabu matahari diselimuti awan musim dingin
pemukim
kota telah bangun memandang pohon-pohon
kehilangan
daun dan jalan-jalan yang sepi dan suram
anak-anak
jalanan belum kelihatan bermain di runtuhan
bangunan
kota yang terkepung dan melarat.
Penduduknya
telah lelah menanak air sepanjang hari
lama
mereka tak mencium bau gulai dan sup kambing
lidah
dah keluh bertanya khabar kiriman dan bungkusan
memang
tak ada yang datang, mereka pun tak mengharap
terkurung
di dalam kota dan buminya sendiri.
Dingin
malam menyelimuti kota yang terkepung ini
ada
suara yang telah terporok dan ada yang merayau
tatkala
siang datang kota ini seperti hewan yang terlayah
menunggu
perubahan langit dan angin segar dari gunung.
Genderang
perang masih berkumandang di gegendang telinga
bila
siren perang akan berhenti dan kau akan dibebaskan
kota
yang terkepung jerebu bom menyesak rongga dadamu
kedamaianmu,
hakmu harus dipulangkan kembali di bumimu.
6.Tanah Syria
Kau
masih tak melihat walaupun telah
berapa
kali kau diperingatkan
tapi,
kau masih tak peduli.
Kau
masih lalai
mereka
memasang empat penjuru
perangkap
di kotamu
sebentar
lagi langitmu
dicerobohi
tapi
kau masih tidur di siang hari.
Sengketa
dua saudara
tak
ada sempadan dan nokta
keadilan,
barang murah dan
bualan
kosong.
Yang
lain hanya
memandang
dengan mata kosong
dan
tak berganjak membuat keputusan.
Keadilan
telah lenyap
kemusnahan
di bumimu
maut
berguguran
keamanan,
sekelip cahaya
telah
menjauh.
Peperangan
adalah wabak silam
meragut
penghuninya
Mengapa
PBB diam dan
kehilangan
suaranya sendiri.
Bangsa
Arab, kamu tak berbuat
dan
membiar orang lain
menyibuk
di negaramu sendiri.
Malam
gerun telah berlabuh
di
tanah Suria,
mendungnya
telah berarak
ke
tanah Asia.
Peperangan
ini
seperti
api menjalar
melewati
sempadan.
Sekalipun
ruang kecil
tapi,
pintu keamanan dibuka
bergegaslah
ke sana
dan
mencari keadilan dari
runtuhan
tembuk dan mayat
dan
debu kota yang hancur.
7.
Anak Mencari Ayah
Bagaimana aku akan menyampaikan berita ini
bom
terus meletus di kota-kota Syria
jerebu
perang masih belum berhenti
langitmu
masih penuh dengan jet pengembom.
Ketika
bom meletus di pinggir kota
kau
baru saja meninggalkan rumah
suara
ayah masih mengiyang supaya
kau
lebih berhati-hati dan siap siaga.
Dalam
kelam kabut bom itu meletup
tak
jauh dari ayah dan gadis manis
runtuhan
bangunan berhamburan
orang
kota panik dan lari tak menentu.
Kau
menjerit dan menangis semaumu
dalam
jerebu tebal selepas bom
tiap
orang bigung dan hilang akal
jelas
ayah anak perempuan ini gugur.
Dalam
perjalanan menuju hospital
aku
berusaha menenang dan membojokmu
dan
ingin berkata ayahmu telah tiada
tapi,
anak perempuan ini masih mencari ayah.
8.
Dua Anak Di Pinggir Kota
Mereka
tinggal sendirian di bawah runtuhan kota
ribut
jerebu datang sesukanya siang berinsut senja
ketika
kelaparan sampai ke puncaknya tak tertahan
di
padang rumput seperti kambing mengunyah.
Di
suatu siang mereka mengutip sisa beras di jalanan
sambil
makan tanpa mempedulikan perang yang berlarut
mereka
tak perlu kenyang dan tak perlu yang enak
asal
hidup dan menunggu hari esok tiba.
Lama
sudah mereka tak mendengar panggilan ibu
atau
tengking ayah menyuruh mandi dan belajar
suara-suara
itu telah lama menghilang di langit kelabu
tanpa
kawan sepermainan dan orang tua.
Perang
ini masih melingkari langit Syria
tak
ada yang dapat mengira bila akan selesai
pengungsi
malam tetap berpergian ke barat
yang
masih tinggal dua anak di pinggir kota Syria.
Tersiar
Di Daily Express 1 November 2015
9.
Pengungsi Syria
kau
mendengar lalu menutup pintu
angin
telah berhenti degup jantungmu
tak
pernah diam sekalipun dalam sepi.
Ribut
padang pasir telah menjauh
tanah
leluhur mengusirmu perg
kau
menatap pada mata memanggilmu
yang
lain telah berhenti menyanyi.
Mimpi
gerun itu telah menyerap tidurnya
ketika
bulan sirna dalam jerebu malam
pulau
itu ikut tenggelam dalam samudera
kau
bagai tawanan perang yang dicurigai.
Langit
di pergunungan sajli berkirim khabar
langkah
kakimu tak mudah menyerah
hadiahmu
ketika kau mendengar suara
memandang
esok halaman baru tanpa menoleh.
10.
Anak Kecil Syria
Aku
melihat bumimu seperti terkupas kulit
bom
jatuh berguguran tanpa memilih tempat
jerebu
perang masih tak dapat dibendung
rongga
dada ini penuh dengan debu bertebaran.
Malam
tiba aku kedinginan dan kelaparan
mata
tak bisa terpejam perut seperti gempa
langit
kelihatan damai dan bintang bercerita
tentang
esok belum tau ke mana arahnya.
Anak
Kecil Syria ini terkepung di halaman sendiri
kotanya
seperti tulang rangka dan lorong-lorong tikus
air
sungai bau hanyir dan berhenti mengalir
asab
tebal seperti berlabuh dan tak pergi ke mana.
Ingatlah
kami dalam mimpimu
langit
merah masih tak berubah
sekolah
telah lama kosong dan setengah runtuh
tiap
kota sepi dan labah-labah mulai bersarang.
11. Zaman Silam
Pengungsi Telah Ada
Sejak
zaman silam kau telah datang
cuma
kau tak seperti penyu memilih pantai pasir putih
menitiskan
air matamu dan menguburkan sebahagian dirimu
lalu
pulang ke laut, yakin kau tinggalkan meneruskan hidup.
Memang
kau bukan seekor penyu, hewan lindungan
akan
pupus kalau tak ada usaha memberi perlindungan
tapi
pengungsi selamanya kau hanya membawa isu
lebih
kepada kebencian daripada kasih-sayang.
Walaupun
kedatanganmu menuntut hak manusiawi
tapi
kau tetap dicurigai di bawah langit terbuka
di
sebalik kerudung dan jilbab manusia apakah kamu?
mereka
menyelidik sampai kelengkang menyoal harga dirimu.
Sejarah
keluargamu seperti keratan-keratan kertas
yang
dilekatkan di dinding dibacakan semua orang
desa
Selatan Somalia, banjaran Arakian, badai jerebu Syria
dan
wajah-wajah pengungsi yang kehilangan lubuk.
Panggilan
mereka dengan kasih-sayang
gelombang
lautan pun telah memberi isyarat
alam
raya yang melihat penderitaan pengungsi sejagat
mengingatkan
tanah daratan saksi abadi keperihanmu.
12.
Pengungsi Syria Di Pelabuhan
Tiada
yang bilang hari ini kiamat akan tiba
kapal
terakhir di pelabuhan belum berlepas
penumpangnya
adalah pengungsi yang nekad
yang
lain seperti barang buangan menunggu.
Hanya
satu dalam kalbu suaka di bumi baru
di
belakang api perang masih terus menyala
membakar
dan segalanya menjadi jerebu tebal
badai
angin mengheret dan menerbangkan segala.
Di
pelabuhan ini Bathera Nuh masih menunggu
kapasiti
penumpangnya telah lebih dari muatan
tak
ada telinga yang mau mendengar perintah baru
ini
jalan sehala dan tak ada kapal lain di pelabuhan.
Pengungsi
berdatangan ke pelabuhan siang malam
Kapal
masih belum berangkat kini telah terlalu sarat
walaupun
mereka masih kelihatan rindu pada halaman
tanah
leluhur dan desa pergunungan turun-temurun.
13.
Anak Syria Di Pantai Pasir Putih Eropah
Ma,
aku tak tau kau sedang berada di mana
di
tengah badai kau melepaskan dakapanmu
gelap
dan dingin air lautan menyedutku jauh
nafasku
tersekat air memenuhi rongga dada.
Aku
tak melihatmu ke mana kau dibawa pergi
jelas
kekalahan ini tak tertebus dan menyerah
suaramu
berhenti bergema dan kesabaranmu
bintang
di langit malam telah mengabur jauh.
Ma
bilang aku akan tumbuh jadi dewasa
dan
akan membela ma sampai ke hari tua
di
tanah impian ini akan bermula kehidupan
kemerdekaan
dan perjuangan hidup santun.
Ketika
lautan telah tenang kembali
siang
pun datang membawa khabar
nasib
pendatang malam terdampar
dan
lain terapung dibawa ombak.
Aku
tak tau kau di mana sekarang ma
di
pantai pasir putih ini pengawal pantai
telah
menemukan mereka tak berjaya
mengenapkan
mimpi dan harapannya .
Aku
anak Syria yang tak bernama itu
meniarap
dan kepala miring sedikit
di
atas pasir putih di pantai Tanah Eropah
tubuh
ini, adalah bangkai mulai membusuk.
14.
Puisi Buat Waail Gazwan Al-Jabuly
Ketika
kuterima berita kepulanganmu dari Syria
seakan
alam bertukar menjadi foto silam tanpa warna
kau
telah mencuba berkali-kali memasuki sempadan larangan
tiap
kali kau menyeberangi tanah asing kau merempat
dalam
kamar gelap hinggalah suatu hari kau dibebaskan.
Sukmamu
bagai air yang mengalir dari menara gunung
Ketika
periuk api meletup di bawah telapak kakimu
Kau
tau perjalananmu ini telah berakhir dengan maut
Selamat
Tinggal, ayah tua, sekarang tiada lagi kau tunggu
Berita
itu hanya disampaikan dalam mimpi benar.
Kepada
saudara rohaniku, kau telah mencuba dan mencuba
Tapi
di sini telah berakhir segalanya dan kau dipanggil pulang
Sebagai
syahid dalam perjalanan maut di sempadan Turki
Kau
hancur berkecai dan tak sempat berkata apa-apa
Gema
ledakan bom periuk api menipis dalam udara panas
Kali
ini kau telah menjadi mangsa tanpa ada amaran
Kau
nekad kerana hanya tinggal selangkah
Kau
ingin berada di tanah merdeka yang gemilang
Memburu
impian pendatang malam dalam mimpi benar
Demikian
harapan dan keinginan di dalam sukma.
Akhirnya
kau mati syahid jauh dari halaman kampung
Dalam
diam-diam kau cuba dan cuba meninggalkan
Daerah
perang kerana kedamaian telah hancur luluh
Yang
dibunuh dan terbunuh jumlah makin besar
Dua
musuh bermati-matian membunuh satu sama lain.
15.Melangkah
Ke Negeri Tak Pasti
Ke
mana pun mata memandang wajah-wajahmu
bertebaran
di tanah daratan, lautan dan kepulauan
penampilanmu
dalam khemah-khemah pelarian
kau
menemui jalan mati dan jiwa yang terlantar.
Lagumu
tak semerdu dulu suaramu sakit
tiap
siang kau menunggu datangnya bantuan
khemahmu
di lereng bukit di hujung jalan
jarang
orang singgah kerana jauh dan sukar.
Menjelang
musim gugur salji turun
tahun
ini kau masih berharap dan bermimpi
ternyata
keluargamu akan berada di situ
satu
dekad yang panjang dan menyeramkan.
Tiap
hari dibuka khemah-khemah baru
Pengungsi
berdatangan dari segala penjuru
cahaya
dalam kalbunya telah lama padam
kakinya
masih ingin melangkah ke negeri tak pasti.
16. Khemah Pelarian
Siapakah
itu bebas keluar masuk sempadan
Kelihatan
Pelarian Syria seperti terkejar-kejar
Ingin
bertemu orang itu, seorang doktor penting
Kedatangannya
bukan agen pelarian ke Barat.
Orang
menyebut namanya di khemah pelarian
Syria
Orang-orang
tak punya pekerjaan masa depan gelap
Meeka
membutuhkan huluran tangan negara asing
Suara
mereka makin kecil tak ada mempedulikan
Mereka
mengikut angin bertiup ke mana saja.
Keperluan
perlu wang, sewa rumah dibayar, makan
Minum,
tak boleh bekerja, tiap-tiap hari menunggu
Red
Cresent atau NGO pun tak ingin terlalu
bertanya
Anak
dan orang tua, asalkan makan tidur di malam hari.
Orang
yang tak dikenal itu masuk keluar khemah Pelarian
Ada saja yang mengikutinya dari belakang orang pemuda
Rahsia diri orang tak dikenal itu akhirnya diketahui umum
seorang Jahudi pembeli organ manusia mengeksportnya.
keindahan
kotamu ranap
jiwamu
bertarung dalam
jerebu
maut.
Kini
seperti sinar matari
menyingkap
tabir siang
dari
runtuhan bangunan
muncul
tubuh-tubuh
orang
kecil yang terperangkap.
Jalan-jalan
kota kelabu
berdatangan
wajah-wajah lesu
berjalan
tanpa arah
udara
dingin masih
berlinggar
dalam udara.
Aleppo
rindumu
pada kedamaian
penghuni
berpergian
kau
seperti kehilangan ingatan
bumimu
telah lelah
menyimpan
kisah-kisah
kemanusiaan
yang menunggu
pendengar.
Apakah
deritamu telah berakhir?
Yang
kau inginkan
menyedut
udara bebas
kedamaian
di langitmu
dan
bumimu hidup kembali.
Kalau
ini adalah hukuman
cukuplah
dalam perhitungan waktu
Aleppo,
kuatkan
azammu
meraih
hidup dari terdorong
ke
dalam gaung maut.
Nilai
Disember
2016
*Disiarkan
Utusan Borneo 25 Disember 2016
18. Anak-Anak Aleppo
Siang
panjangkah ini?
anak-anak
Aleppo keluar
dari
runtuhan bangunan
matanya
melihat pada
orang-orang
berjalan
tergesa-gesa
dan mata
menunduk.
Kota
Aleppo seperti
hidup
kembali
Daesh
menghilang dalam
lubuknya
sendiri
penghuni
Aleppo
menafsirkan
tiap berita.
Kedamaian
bererti
anak-anak
Aleppo
selamat
keluar bermain
selamat
dari kelaparan
dan
maut.
Siang
panjangkah ini?
berapa
lama langit dan bumi
dapat
bertahan dari bom
dan
grenade
mayat-mayat
yang membusuk
dan
jenayah kemanusiaan?
Anak-anak
Aleppo
kehilangan
rumah dan
halaman
bermain
mereka
seperti tumbuh sendiri
tanpa
ibu dan ayah.
Malam
panjang telah
meragut
kota Aleppo
dalam
kanca peperangan.
Aleppo
kehilangan kasih
impian
pada langit biru
dan
hidup damai.
Anak-anak
Aleppo
peninggalan
kekejaman
perang
alaf 21.
Selamat
anak-anak Aleppo
dari
belenggu kekejaman.
Nilai
Disember
2016
Ke
mana kamu selepas ini
pertanyaan
seperti ombak
tak
sabar menghempas
daratan
damai.
Seperti
serangga meninggalkan
sarang
keluar
mencari harapan
dataran
baru.
Doa-doa
memohon
samawi
melepaskanmu
dari
belenggu kekejaman
tombak-tombak
maut.
Kota
Aleppo
biar
berdenyut
dan
matarimu bersinar
kembali.
Dalam
dirimu
seribu
pertanyaan tak terjawab
merelakan
gundah malammu
bergolek
sampai ke langit fajar.
Kota
Aleppo telah
musnah
tapi
penghuninya
tak
akan membiarkan jiwanya
ikut
musnah
esok,
langitmu biru
tunas
baru tumbuh
di
bawah runtuhan
kota
peradaban ini.
Nilai
Disember
2016
*Disiarkan
Utusan Borneo 25 Disember 2016
Seorang
anak mencari ibunya
ia
tak ingat sudah berapa lama
tapi
ia masih mengharapkan
suatu
hari ia akan bertemunya.
Berita
kotanya telah dibebaskan
telah
menjadi percakapan
matanya
berkilat kerana
yang
tak mungkin pasti terjadi.
Siang
itu ia keluar seperti matari
langkahnya
berani dan waspada
perpisahan
dengan orang tuanya
mimpi
buruk malam-malam jahanam.
Ia
menatap tiap wajah
atau
orang-orang lalu
pengungsi
yang meneruskan
langkah
kakinya
penghuni
kota yang bingung
mundar-mandir
di
bawah runtuhan kota sendiri.
Anak
ini sampai di pinggir kota
tapi
yang dicarinya tak ketemu
matari
telah condong
tabir
malam akan turun
dengan
kaki longlai ia
berjalan
kembali ke tengah kota.
Nilai
Disember
2016
*Disiarkan
Utusan Borneo 25 Disember 2016
21.
Aleppo Timur
Usah bertanya telah berapa lama
kota
ini terkepung
kemudian
satu siang tenang
masih
di musim dingin
kamu
melihat, bukan keramaian
tapi,
Aleppo Timur
seperti
dikosongkan
satu
karavan manusia
yang
terperuk dalam
kemelut
perang
keluar
mencari suaka.
Melihat
runtuhan
bangunanmu
di kota ini
musnah
dan
rakyat
kecil terjerat
dalam
lingkaran setan.
Hentikan
penderitaan ini
bumi
telah cukup menderita
gema
suaramu makin kecil
dan
otot-ototmu makin lemah
menunggu
datangnya
siang
yang murni.
Aleppo
Timur hari ini
kau
tampak seperti warga tua
renta
yang terseret dalam kanca
perang
yang tak ada penyelesaian
kepahitan
ini akan tinggal
menjadi
mimpi-mimpi buruk
di
halaman sejarah bangsamu.
Tiap
penjuru dan dinding
ada
artifak dan grafiti
jenayah
kemanusiaan
yang
tak dapat dihilangkan.
Kau
menanggung kesakitan ini
beberapa
generasi mendatang.
Ketika
langit kedamaian tersingkap
kau
tak akan melepaskannya.
Keselamatan
bangsamu
kembali
pada perundingan
dan
keadilan sejagat.
Kemelaratanmu
tak akan
menggelapkan
matamu
melihat
cahaya samawi
dan
menyerapkannya dalam
dirimu
lalu
menjadi kekuatan
dan
pembela bangsamu
berdiri
kembali sebagai
bangsa
merdeka
dari
belenggu dan agen kegelapan.
Nilai
Disember
2016
*Disiarkan
oleh Harian Ekspress 18 Disember 2016
22.
Pengungsi Aleppo Timur
Di
dataran luas kau dibuatkan tenda
pengungsi
dari kota yang musnah
memandang
langit musim dingin
tanpa
menoleh serpihan kalbumu tertinggal.
Berapa
lama kau akan berada di sini
tak
pernah kau fikirkan
langit
seperti kelihatan kehilangan
kicauan
burung pagi.
Dalam
mimpi malam-malam keliru
mengharapkan
damai datang dengan
musim
bunga tahun baru
keresahan
menggelapkan impianmu.
Nilai
Disember
23.
Pada Siang Musim Semi
Jauh
di pulau-pulau
mendung
di langitmu
pantaimu
bergelombang
ngerang
suara terbawa
angin
melintasi laut
pada
daratan tanah seberang.
Kegelisahan
rimbamu
dan
kedamaian tanah leluhur
terancam
dalam kemelut perang
kamu
terkepung dalam genta
kegelapan
dan jalan keluar
makin
ngeri dan terdorong
di
jalan-jalan mati.
Kekerasan
dan perang
telah
membantai bangsamu
berkurun
dan kau melangkah
di
tanah ranjau demi
perjalanan
memburu
kerdip
cahaya siang gemilang.
Gendang
perang bergema
sekali
lagi malam panjang
turun
di kepulauan ini
burung-burung
damai
terbang
suara-suara
anak peribumi
jatuh
korban.
Dalam
kalbu
kau
ingin menghirup udara damai
sebagai
penyelamat bangsamu
kesedaran
itu membawamu
pada
siang musim semi.
Nilai
Disember
2016
24.
Selamat tinggal Malam-Malam Derhaka
Langit
malam mengumpul cerita
mengirim
rahsia keperihannya jauh
di
cakerawala.
Kegelisahan
memburumu
hingga
ke hujung malam
sampai
ke mana kau bertahan
ribut
dari utara turun
seperti
menggulung lantai bumimu.
Jalan
turun dari rimba
ke
pelabuhan damai
lagu-lagu
silam tertindih
pada
halaman sejarahmu.
Pintu
samawi telah
mengingatkan
tentang
purnama
pada malam
matari
siang yang menawan.
Selamat
tinggal
pada
malam-malam derhaka
biarkan
air gunung mematikan
api
permusuhan di rimba kalbumu.
Nilai
Disember
2016
25.
Perubahan Alam Dan Firasat
Melihatmu
di atas pentas
mengucang-ucang
dengan tongkat
dari
mulutmu menyembur bara api
membakar
kedamaian suatu siang.
Kamu
tak berhenti
sekalipun
akhirnya kau tertusuk
tombak-tombakmu
sendiri
di
sepanjang jalan.
Ke
mana pun kau pergi
membawa
berita kemusnahan
kehancuran
dan maut
sambil
menambur benih khianat.
Tak
pernah kamu
mengambil
ikthibar
peringatan
dan isyarat
perubahan
alam dan firasat.
Nilai
Disember
2016
26.
Doa Orang-Orang Aleppo
Matari
pudar di suatu siang
musim
dingin
pada
runtuhan kotamu
kamu
berkumpul
mendengar
kalau ada
perubahan
menghiburkan
tiap kalbu.
Kau
telah berhenti bertanya
melihat
dan mengikut pada
firasat
kau
seperti daun-daun kering
tertiup
angin ke mana-mana.
Dari
dulu kau tak ada pendapat
jadi,
usah ditanya
tak
ada jawaban.
Ternyata
kau masih hidup
di
tengah kemelut perang.
Aleppo,
kau
orang kecil
sekalipun
kau ingin melindungimu
ternyata
gagal
kau
terperonyok di tengah kota.
Suara
hatimu bertanya
bila
perang ini usai
ke
mana kami selepas ini?
Adakah
perubahan pada
langit
Aleppo?
Memandang
ke atas
tenggelam
dalam doa-doa
orang-orang
tersiksa.
Nilai
Disember
2016
27.
Kemanusiaan Harus Dilindungi
Hujan
turun menitis
dalam
anak matamu
di
lapangan tenda
dingin
malam
musim
dingin.
Sepi.
Penghuni tenda
telah
lama mimpi-mimpi
bertenggek
di kalbu
dan
kau seperti tak pasti
malam
esok masih ada.
Bumimu
dalam
kanca
perang tak selesai
impianmu
terkandas
dan
kau tak bisa pulang.
Tapi
kau masih yakin
kemusnahan
ini telah
sampai
ke puncaknya
tunas-tunas
kedamaian
tumbuh.
Kau
ingin melihat
bumimu
bebas
dari
kanca perang
dan
kemelut siasah
menemukan
jalan
rundingan
damai.
Kekerasan
tak akan
dibalas
dengan kekerasan
maut
dan jenayah kemanusiaan
kemanusiaan
harus dilindungi.
Nilai
Disember
2016
28.
Karavan Bus Aleppo
Musim
dingin
langit
mendung berat
anak-anak
Aleppo
terperangkap
dalam
karavan
bus panjang
menunggu
perintah.
Waktu
bergerak perlahan
udara
dingin menikam
sampai
ke tulang
siang
berlalu cemas
malam
turun perlahan.
Kerongkong
terasa kering
tubuhmu
lemah
di
luar runtuhan
bangunan
Aleppo
pernah
menjadi lambang
kota
beradab.
Jalanan
sepi
kelaparan
wargamu
bertarung
dan terkurung
dalam
kegelapan malam
dan
karavan bus panjang
masih
tak ada jadual berangkat.
Nilai
Disember
2016
29.
Damai
Hanya
satu kata
lafaz
dari lidah
cinta
pada kemanusiaan
dari
jiwa yang bersih
tanpa
ada noda
melekat
pada dinding kalbumu.
Berita
maut
dan
kemusnahan
adalah
tindakan kegilaan
tak
ada hubungan dengan Tuhan.
Memanggil
nama suci
Tuhan
dengan kekerasan
dan
maut
melakukan
kelakuan jahil
hanya
tindakan majnun
harus
dibantah dan dicabut
sampai
ke tunjangnya.
Kamu
yang memakai
nama
agama
dan
menghubungnya
dengan
Islam harus
berhenti,
pilihanmu
memilih
kezaliman
tak akan
melahirkan
kedamaian
hanya
kematian
hanya
kematian.
Di
dataran terbuka
di
bawah langit ini
kami
membantah
dan
hentikan
pelakuan
jahil dan
tindakan
kekerasan
derhaka
dan durjana.
Kedamaian
adalah
landasan
berpijak
dan
gema suara
kasih
berkumandang
tiap
pelosok.
Hidup
Damai
jauhi
kemungkaran.
Nilai
Disember
2016
30.
Panggilan Pada Kedamaian
Kematian
seorang duta
terakam
dalam
video
siaran langsung
dan
pembunuhnya
maju
mundur langkah
kata-katanya
retorika
lalu
mengucapkan takbir.
Adegan
kejahatan seperti
menonton
adegan film
dengan
plot cerita
5
minit kemudian
ia
pun terbunuh.
Kegilaan
yang merampas
kegembiraan
bulan disember
kasih
sayang masih
mahkota
kemanusiaan
sejagat.
Keganasan
dan kekerasan
tak
akan sejalan
dengan
panggilan pada
kedamaian.
Nilai
Disember
2016
31.
Meninggalkan Tahun 2016
Akhirnya
bendul jam ini
bergerak
dan isyarat berbunyi
masuk
Tahun
Baru 2017
disambut
dalam doa
mubarak
sayap
samawi merendah
kau
ingin meraih gunung
gema
suaramu membawa
harapan.
Di
pojokan ada yang tertinggal
kegelapan
malam
masih
menyelusuri
daerah-daerah
rawan
terperangkap
dalam kanca
perang
menunggu
perubahan angin.
Di
dataran luas
tenda-tendamu
sepi
mengharapkan
siang
datang
membawa
cahaya.
Tanah
impianmu
terlucut
dari genggaman
tapi
pada kalbumu
tumbuh
pohon zaiton
tunjangnya
mencengkam
bumi
leluhur.
Kasih
sayang telah
mengalahkan
tirani
dan kekerasan
benih-benih
kegelapan
lebur
di bumi tawajuh.
Aku
kembali pada-Mu
menghapus
noda-noda
hitam
dalam
sujud tahajud
kemanisan
beribadah
sepanjangan
jalan
pengorbanan.
Nilai
31
Disember 2016
32.
Syria, Menunggu Musim Bunga
Sehari
dalam hidupmu
yang
terbunuh dan dibunuh
perang
masih belum usai
tiap
penjuru ingin
meraih
selangkah
tak
ada batas waktu
semua
sedang berjalan.
Kau
yang kandas
dan
terjerat
bingung
dalam
lingkaran
hujungnya
tak
kau
temui.
Masih
mengharap
langitmu
tenang
dan
bumimu damai
malam-malam
keliru
kau
lumpuh
dalam
kisaran waktu.
Kau
dalam gelap
seperti
menghitung
anak
bintang
kota
samar-samar
siang
kehilangan jejak
kau,
pengungsi
yang
terkurung dalam
jerebu
perang.
Syria
menunggu
datang
musim
bunga
sekalipun
kotamu
hancur
dan musnah.
Nilai
2
Januari 2017
33.
Tenda-Tenda Pelarian Dekat Sempadan
Hujan
telah berhenti
malam
masih mendaki
ada
dataran dilimpahi air
kau
sendiri mengumpul
huruf-huruf
yang bertaburan
kedamaian
telah sirna
ada
suara mengigau
dalam
tenda-tenda pelarian.
Ia
bermula dari satu orang
lalu
semua di dalam tenda
bercakap-cakap
dalam tidur
dunianya
sendiri
gema
suara itu makin besar
seperti
ribut datang dengan kekuatan
kemudian
senyap dan sepi.
Tiap
malam ribut di dalam tenda
walau
mereka sebenarnya tidur
kejadian
ini terjadi hanya pada malam
ketika
siang tiba semua
tak
pernah ingat kejadian
semalam.
Dataran
tenda pelarian ini
masih
di situ
seperti
penjara tanpa pagar berduri
penghuninya
bebas
tanpa
penjaga
dan
das tembakan
Nilai
3
Januari 2017
34.
Bom itu Mencederai Anak-Anak Syria
Dari
runtuhan bangunan kota
kabus
debu berlinggar dalam udara
sebentar
tadi bom jatuh tepat
suasana
panik dan cemas
memandang
langit
ke
mana lagi sasarannya?
Ada
suara terperangkap
di
situ berkumpulan
anak,
ibu dan orang tua
yang
terkepung.
Telah
berapa kali
bom
meletup
jatuh
di bangunan
persembunyianmu.
Dalam
sesaat
memusnahkan
apa saja
yang
bergerak.
Bom
berjatuhan dari
langit
siang dan malam
selepas
ini siapa yang maut?
Anak-anak
Syria
tertindih
dari runtuhan
batu-batu
bangunan
dadanya
sesak menyedut jerebu tebal.
Tiap
bom yang gugur
membunuh
anak-anak
wanita
dan warga tua
walau
mereka tak ada kaitan
dengan
perang
tapi
kalian menjadi
mangsa
keganasan perang.
Kau
terperangkap dalam
kotamu
sendiri
perang
beberapa penjuru
telah
membingungkanmu
kau
ingin langit damai
dan
setenang lautan teduh.
Nilai
Januari
2017
35.
Maut Menyergap Kotamu
Kau
sendiri dalam kegelapan
lorong
ini terlalu panjang
kata-kata
telah tersingkir
dari
landasan
sengketa
ini seperti lingkaran
syaitan.
Kau
seperti lupa ada
langit
di atas runtuhan ini
siapa
teman dan lawan
sekutu
dan musuh
tak
dapat dibedakan.
Maut
menyergap
tanpa
sedar ia datang
kau
menyerah tanpa
perlawanan.
Nilai
2017
36.
Snipper Mencari Sasaran
Dalam
langit biru
dan
runtuhan bangunan kota
bisa
bertukar neraka
bom
berjatuhan dari udara
letupan
seperti bunga api.
Hari-harimu
tak
terduga
dalam
diam api bekerja
deritamu
tertimbus
di
bawah runtuhan
batu-batu
bangunan
kosong
ada
snipper
mencari
sasaran.
Nilai
Januari
2017
37.
Suaka
Ketika
ratapan dan derita suaramu
tak
didengar dan penderamu makin
bernafsu
dan api fitnah khianat menjadi
nafas
pemburumu
lalu
kau berhenti bercerita dan
meninggalkan
bumi leluhurmu
menjauh
dari siasah jahat.
Kau
melihat perbatasan seperti
tak
terjangkau
tanganmu
melambai angin
meraih
kasih di tanah seberang.
Di
khemah pelarian
matamu
mencari sinar
di
langit mendung
ke
mana setelah ini
di
bawa arus lautan
tersesat
di pergunungan salji
memburu
mata angin
atau
terporok di tanah lumpur.
Penantian
panjang
kebimbangan
merimbun
dalam
mimpi dan impian
suatu
hari menunggu
datang
panggilan
melangkah
benua baru
Nilai
Disember
2016
38.
Hentikan Kekerasan
Kamu
telah melihatkan pada dunia
kehebatanmu
sebenarnya hanya
sebuah
pamer dan keributan
Lidahmu
lancang mengobarkan
kebodohan
dan bohong.
Kecintaanmu
sebenarnya kulit luaran
dalam
jiwamu tak ada sedikit pun
ketakutan
pada samawi
malah
kamu terus mencipta
keributan
yang mengerakkan
hati
nurainimu tenggelam dalam kegelapan.
Katamu,
demi kasih dan
anak
bangsa lalu
kamu
berkeliaran seperti
binatang
jalang dan buas
menerkam
dan membunuh
mangsa
kebenaran.
Kamu
makin galak
dan
haus darah
senjatamu
dendam kesumat
dan
merelakan dirimu
terjebak
dalam Jenayah Kemanusiaan.
Hentikan
kekerasan
dan
permusuhan yang kamu ciptakan
perosak
ummah dan
kemanusiaan
sejagat.
Nilai
Disember
2016
Comments
Post a Comment